Kilas Balik Sejarah : Pengaruh Gerakan Intifada atas Konflik Israel-Palestina

Ketegangan konflik antara Israel dan Palesina kembali pecah. Ratusan tahun lalu menjadi titik mula adanya konflik yang berkepanjangan ini. Konflik ini bermula di akhir abad ke-19 ketika gerakan Zionis memperjuangkan pendirian negara Yahudi di Palestina yang saat itu berada di bawah kekuasan kesultanan Ottoman. Sehingga konflik ini melibatkan banyak problem baik dari sektor wilayah, keagamaan, dan politik. Berbagai upaya mendamaikan kedua belah pihak dirasa belum terealisaikan, karena begitu kompleks permasalahan yang terjadi.

Konflik Israel-Palestina menjadi salah satu konflik terlama di dunia dan masih terus berlangsung hingga saat ini. Dampak yang terjadi pun menimbulkan adanya krisis dan korban yang sangat banyak dirugikan, khususnya warga Palestina karena serangan Israel. Pembagian Palestina dan pembentukan Israel pada tahun 1948 menyebabkan ketegangan dan perang berkepanjangan antara kedua pihak. Intifada adalah gerakan perlawanan yang diadakan oleh Palestina pertama kali di Jalur Gaza pada Desember 1987. Intifada kedua dimulai pada 28 September 2000, ketika Ariel Sharon melakukan kunjungan provokatif ke kompleks Masjid Al Aqsa, sehingga mengancam pergolakan konflik. Secara rinci penjelasannya akan dijelaskan di sub selanjutnya.

Dinamika Gerakan Intifada

Intifada merupakan sebuah gerakan perlawanan rakyat Palestina terhadap penduduk Israel. Gerakan intifada ini tidak hanya dilakukan sekali dalam kecemasan konflik antara Israel dan Palestina. Intifada pertama dilakukan Palestina pada tanggal 9 Desember 1987 di Jalur Gaza setelah empat warga Palestina meninggal ketika truk Israel bertabrakan dengan dua van yang membawa pekerja Palestina.  Intifada juga diartikan sebagai gerakan pemberontakan warga Palestina untuk menghentikan penduduk Israel dan juga mendorong kemerdekaan Palestina. Gerakan ini terjadi dua kali sejak awal mulanya terjadi konflik antara Israel dan Palestina. Pertama yaitu di tahun 1987, dan kedua terjadi di tahun 2000-an.

Intifada pertama terjadi pada bulan Desember 1987 hingga September 1993. Menjadi penyebab intifada pertama ini yaitu pengambilan tanah serta pembangunan pemukiman secara intensif di wilayah tepi Barat serta Gaza. Lain sisi, dipicu oleh penindasan Israel yang terus meningkat setelah Palestina melakukan aksi protes atas invasi Israel di Lebanon. Pada intifada pertama ini, berkisar 2.000 orang gugur akibat kekerasan, dan rasio kematian warga Palestina-Israel sekitar 3:1. Adapun susunan renca dalam gerakan intifada ini terdiri dari beberapa kelompok, yaitu: kelompok pengintai, kelompok pengumpan, kelompok pelempar, dan al-majmu’ah al-musyaghilah al-majmu’ah al-ish’ab yang bertugas untuk menyebabkan kerusuhan serta menyelamatkan pejuang Palestina.

Selanjutnya intifada kedua atau disebut dengan intifada al-Aqsa terjadi mulai bulan September 2000. Intifada kedua ini termasuk lebih kejam, karena lebih dari 4.300 jiwa yang gugur pada saat itu. Pada tanggal 28 September 2000, pemimpin partai sayap kanan Israel (Ariel Sharon) mengerahkan lebih dari 1.000 tentara bersenjata untuk menyerbu warga kompleks Masjid al-Aqsa. Tidakan demikian mengundang kontroversi yang tidak dapat lagi ditoleransi oleh warga Palestina. Hal tersebut menjadi akar kebangkitan adanya intifada kedua ini. Gerakan intifada kedua terjadi hampir mendekati lima tahun, di mana pada tahun 2022, para pemimpin palestina sempat mengupayakan penghentian konfrontasi militer dengan menyetujui Prakarsa Perdamaian Arab yang diajukan oleh Arab Saudi. Namun, upaya tersebut diabaikan Israel, sehingga intifada kedua mereda di awal tahun 2005.

Gerakan Intifada memiliki pengaruh signifikan dalam sejarah konflik Israel-Palestina, karena menjadi catalis yang mengancam pergolakan konflik dan menghasilkan perubahan dalam cara berkonflik kedua pihak. Selama beberapa dekade, media Barat, akademisi, pakar militer, dan pemimpin dunia menggambarkan konflik ini sebagai konflik yang sulit diselesaikan, rumit, dan menemui jalan buntu.

Refleksi

Gerakan intifada yang terjadi di Palestina menjadi bukti nyata bahwasannya kekuatan rakyat kecil selalu mendapatkan penindasan atas kekuatan Israel yang sebagian didukung oleh negara besar dunia. Dimulai dari gerakan intifada pertama sebagai gelombang besar aksi demonstrasi jalanan yang dengan cepat lajunya menyebar ke wilayah Tepi Barat, Gaza, serta Yerusalem. Selain itu, dari gerakan intifada ini menunjukkan pentingnya pembelajaran dari perlawanan luas rakyat terhadap pendudukan kolonial.

Perjuangan masyarakat Palestina mengajarkan pentingnya solidaritas dan dukungan dari masyarakat internasional untuk mencapai kemerdekaan yang diinginkan. Dalam konteks konflik Israel-Palestina, hikmah dari sejarah adanya gerakan intifada yang dapat diambil adalah pentingnya mencari solusi damai dan menghindari kekerasan serta memperkuat diplomasi internasional untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Dengan memahami semangat perlawanan, solidaritas, dan pembelajaran dari Gerakan Intifada Palestina, masyarakat Indonesia dapat terinspirasi untuk terus memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan, serta memberikan dukungan kepada perjuangan rakyat Palestina. Semoga konflik yang menggebu-gebu segera usai, save Palestine!

Referensi:

Dikry Feisal dkk, 2016. Gerakan Intifada Pertama Rakyat Palestina. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ita Mutiara dkk, 2008. Hasil Penelitian: Gerakan Rakyat Palestina: Dari Deklarasi Negara Israel sampai Terbentuknya Negara-Negara Palestina. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Tommy Patrio Sorongan, 2023. Sejarah Panjang Konflik Israel-Palestina. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20231010102105-4-479316/sejarah-panjang-konflik-israel-palestina-begini-awalnya

Hafid Fuad, 2023. Mengenal Gerakan Intifada Palestina terhadap Israel. Okezone. https://news.okezone.com/read/2023/10/09/18/2898010/mengenal-gerakan-intifada-palestina-terhadap-israel?page=2

Muhammad Syihabuddin

Santri dan pembelajar. Menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Mambaus Solihin Gresik dan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta. Ia juga menyelesaikan studi sarjana Sosiologi Agama di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *