Gagasan Besar Muhammad Abduh : Manusia Khawas dan Independensi Kalam (Bag. 1) Muhammad Abduh (1849-1905) adalah seorang reformis, teolog, dan filsuf Islam yang berpengaruh. Ia lahir di Mesir dan belajar di Universitas Al-Azhar. Jamaluddin al-Afghani sangat memengaruhi Abduh. Al-Afghani adalah seorang syekh sufi karismatik yang mendorongnya untuk berpikir kritis dan menantang pemikiran Islam tradisional. Pemikiran Abduh yang menekankan pentingnya akal dan kebebasan individu memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan pemikiran Islam modern dan kebangkitan gerakan reformasi Islam di Mesir dan negara-negara Arab lainnya. Ide-idenya juga berpengaruh di Indonesia, berkontribusi pada munculnya gerakan-gerakan seperti Muhammadiyah dan Al-Irshad.
Perjumpaannya dengan al-Afghani justru membuatnya menjadi seorang pemikir kritis nan pemberani. Bahkan pemerintahan Mesir sempat mengasingkannya ke Paris Bersama al-Afhani untuk mencegah pemikiran-pemikirannya memengaruhi masyarakat saat itu. Namun dari pengasingannya itu, justru Abduh tidak berhenti menuangkan gagasan-gagasan reformisnya. Tercatat, dari pengasingannya itu, ia Bersama al-Afghani melahirkan surat kabar majalah urwatul wutsqa dan mendapat banyak perhatian pembaca muslim dunia.
Manusia Khawas dan Dialog Wahyu
Muhammad Abduh memberikan pembedaan tingkatan manusia. Pembedaan itu ia maksudkan untuk menunjukkan pengagungannya terhadap akal sebagai ciptaan Tuhan yang mulia. Baginya, manusia yang mampu terbebas dari taklid dan berijtihad dengan akal adalah kelompok manusia khawas. Sedangkan, manusia yang hanya terikat pada taklid dan tidak memanfaatkan ketinggian akalnya, hanyalah kelompok manusia awam. Pernyataan ini oleh Abduh perkuat dengan gagasannya yang lain tentang empat tingkatan hajat yang para makhluk miliki dalam hidupnya.
- Baca Juga a. Ngaji Fiqh Shiyam Hasan Hitou b. Musik di Zaman Abbasiyah c. Memahami dua makna Realitas Fikih Waqi dan Nawazil
Pertama, penciptaan , level ini adalah level terendah dari semua realitas yang ada. Dalam level ini pula, semua mendapati hukum ciptaan dari Sang Maha Pencipta. Kedua, al-hayat, hajat ini merupakan konsekuensi dasar dari adanya penciptaan. Pada level ini merupakan level puncak dari tumbuhan, sedangkan manusia dan hewan masih memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Ketiga, merupakan hajat intuisi. Makhluk pada level ini mendapat kelebihan indera perasa. Mereka memiliki kelebihan merasakan kecenderungan baik dan buruk, lezat dan hambar, sehat dan sakit, dan masih banyak lainnya. Level ini merupakan puncak hajat dari hewan, ia memiliki satu tingkat lebih tinggi dari tumbuhan. Keempat, adalah hajat wahyu. Pada level ini hanya manusia yang mendapat anugerah intelejensi tertinggi dengan akalnya. Artinya, hanya manusia yang bisa memunculkan dialog dua arah dengan kebenaran realitas yang sejati melalui pertemuan akal dan wahyu.
Dialog yang bersifat dua arah itulah yang juga menjadi titik pembelaan jika Abduh tidak juga masuk dalam golongan Mu’tazilah. Baginya, manusia tidak hanya bisa menunggu wahyu datang, atau sebaliknya, menangguhkan semua pertanyaan dengan penggalian kembali pada wahyu sampai datangnya sebuah jawaban. Abduh menganggap akal adalah pengejawantahan kebesaran Tuhan, yang dengannya mampu menemukan kebenaran-kebenaran.
Persoalan Wujud
Atas pengagungannya pada akal itulah, konsep penemuan hakikat yang Wujud (Tuhan) bisa Abduh kemukakan. Sebagai satu pembuka gagasannya, ia menutur jika akal mampu menemukan logika tidak terbantahkan menyoal eksistensi Tuhan. Abduh menjelaskan gagasannya itu dengan mengambil sebuah konsep tentang yang “ada” / “being” sebagai satu terma utama. Untuk menunjukkan sebuah nalar berpikir runtut, Abduh menjadikan pemahaman tentang “ada” sebagai satu akibat dari sebuah sebab. Dengan demikian maka untuk membuktikan secara kuat konsep ada dan menegasikan hal-hal yang tidak mungkin ada dengan silogisme sebab-akibat, Abduh mengemukakan tiga pembagian tentang realitas itu sendiri : Wajib lidzatihi (esensinya wajib ada), Mustahil Lidzatihi (esensinya tidak mungkin ada), Mumkin Lidzatihi (Esensinya mungkin ada).