Ki Ageng Suryomentaram, putra ke-55 dari pasangan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Bendoro Raden Ayu Retnomandojo, lahir pada 20 Mei 1892 di Yogyakarta, memiliki nama kecil Armadji, lengakapnya Bendoro Raden Mas (BRM) Kurdiarmadji. Umur 18 tahun, dia di angkat menjadi pengeran, dengan gelar Bendoro Pangeran Haryo Suryomentaram. Suryomentaram ialah gelar yang artinya Matahari Mataram. Ki Ageng Suryomentaram, ialah seorang tokoh besar spiritual Jawa. Tokoh spiritual Jawa zaman dahulu jarang yang bukan spiritualis, hampir semuanya adalah tokoh yang spiritualis. Sebab modus berfikir ala filsafat Timur, yang selalu masuk ke ranah spiritual dan moral. Berbeda dengan filsafat Barat yang banyak berhenti di level materi dan fisik. Meski dilahirkan dalam lingkungan kraton yang penuh kemewahan, jiwanya justru merindukan kedamaian dan kebahagiaan sejati. Kegelisahannya akan kehidupan duniawi mendorongnya untuk mencari makna hidup yang lebih dalam.
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan eksistensialnya, Ki Ageng Suryomentaram melakukan perjalnan spiritual yang Panjang. Ia bertapa di tempat-tempat yang dianggap keramat, semua tarekat dia masuki, baik versi kebatinan maupun versi agama-agama (termasuk Islam dan Kristen) serta berinteraksi dengan berbagai tokoh spiritual. Segala macam tirakat dia lakukan, poso mutih, poso pati geni, poso ngrowot, poso ngidang, dan poso ngelowong. Segala macam laku sudah dai lakukan, tetapi tetap tidak mendapatkan jawaban. Kisah seperti ini ada kemiripan dengan Siddhartha Gautama yang menjelajahi semua ritual Hindu pada waktu itu.
Sampai akhirnya dia menemukan jawaban dari hasil perjalanannya lalu munculah lahirlah konsep “Kawruh Begja” atau “Ilmu Kebahagiaan”. Begja di sini bukan bermakn untung, tetapi memiliki makna hakikat Bahagia. Ajaran ini menekankan pentingnya mengenal diri sendiri, menumbuhkan kesadaran akan keberadaan Tuhan, dan menjalani hidup dengan penuh kesabaran serta penerimaan. Inti dari ajaran Ki Ageng Suryomentaram adalah bagaimana manusia dapat mencapai kebahagiaan sejati. Ia mengajarkan bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang diperoleh dari luar diri, melainkan berasal dari kedamaian batin yang dapat dicapai melalui pengendalian pikiran dan emosi. Kalau disederhanakan ajaran Suryomentaram ini adalah : Hidup jangan berlebihan dan jangan kekurangan, sesuai takaran saja. Dengan rumus, sakbutuhe (sekedar kebutuhan), sakperlune (sekedar keperluan), sakcukupe (sekedar kecukupan), dakbenere (sekedar kebenaran), sakmesthine (sekedar kepantasan atau keharusan), dan sakpenake (sekedar kenyamanan atau kenikmatan).Kalau ditarik ke dalam bahasa ilmiah pemikiran Suryomentaram ini bergaya reflektif. Reflektif itu tidak hanya sekedar berfikir memakai akal saja, tetapi bersifat kontemplasi. Kalau di tinjau dari aspek dunia keislaman reflektif mirip muhasabah. Muhasabah tidak hanya sekedar menggunakan akal, tapi juga pakai rasa, intuisi, dan imajinasi.
Pemikiran Suryomentaram yang bergaya reflektif ini, untuk melihat dirinya sendiri “kawruh jiwa”. Kalau orang bisa memahami dirinya sendiri secara jujur, barulah dai dapat memahami orang lain dan lingkungannya. Orang yang mengerti dirinya sendiri, mengerti orang lain, dan lingkungan sekitarnya maka dia akan Bahagia, ini sejalan dengan pendapat Al-Ghazali, semakin anda mamahami orang lain dan lingkunganmu, semakin mudah anda akan mengenal Allah (makrifatullah), yang merupakan puncak pengetahuan. Disitulah nanti seseorang akan merasakan kebahagiaan yang sejati. Kebahagian yang sejati itu tidak tergantung pada waktu, tempat, atau keadaan. Dalam kondisi apapun, dimanapun, dan dalam kondisi apapun bisa merasakan kebahagiaan.
Ajaran Suryomantaram sangat relevan jika di implementasikan untuk masa modern seperti waktu ini, karena Memahami diri sendiri adalah langkah pertama untuk mencapai kebahagiaan, lalu kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik akan membantu kita mengatasi stres dan meningkatkan kualitas hidup, Hubungan yang harmonis dengan orang lain adalah sumber kebahagiaan yang tak ternilai, Memiliki tujuan hidup yang jelas akan memberikan kita motivasi dan arah.
Ki Ageng Suryomentaram menjadi guru spiritual bagi banyak orang yang mencari pencerahan. Ajarannya masih relevan hingga saat ini dan banyak dipelajari oleh mereka yang tertarik pada filsafat Jawa dan spiritualitas. Warisan Budaya yang dapat di ambil dari ajaran Ki Ageng Suryomentaram menjadi bagian penting dari khazanah budaya Jawa. Filsafatnya tentang kebahagiaan dan keselarasan dengan alam semesta menginspirasi banyak seniman dan budayawan. Ki Ageng Suryomentaram adalah sosok yang menginspirasi dengan pemikirannya yang mendalam tentang kehidupan dan kebahagiaan. Ajarannya bukan hanya sebuah teori, tetapi juga sebuah praktik hidup yang mengajak individu untuk merenungkan nilai-nilai dasar kehidupan dan menemukan kedamaian batin melalui pengenalan diri dan hubungan sosial yang harmonis. Ajaran-ajarannya yang universal memberikan panduan bagi manusia untuk mencapai kedamaian batin dan hidup yang lebih berarti. Warisannya akan terus hidup sepanjang masa sebagai sumber inspirasi bagi generasi mendatang.
Referensi :
Buku “Filsafat kebahagiaan” Fahrudin faiz